article banner image
HomeInsightsMaking Indonesia 4.0: Upaya Indonesia Menuju Sepuluh Besar Ekonomi Dunia

Making Indonesia 4.0: Upaya Indonesia Menuju Sepuluh Besar Ekonomi Dunia

Istilah Industri 4.0 seakan telah menjadi buzzword yang kerap kali digaungkan di media massa, khususnya untuk narasi-narasi yang lekat kaitannya dengan pemerintahan dan pembangunan. Istilah Industri 4.0 erat kaitannya dengan penggunaan istilah revolusi. Hal ini tidak aneh karena mengindikasikan adanya perubahan yang memberikan dampak besar kepada ekosistem dunia dan tatanan kehidupan. Para pengamat dan pakar sepakat bahwa penerapan Industri 4.0 yang berhasil akan meningkatkan perekonomian dan kualitas kehidupan sebuah bangsa.

Mengenal Industri 4.0

Istilah Industri 4.0 dicetuskan pertama kali di Jerman pada tahun 2011 dan mulai diperkenalkan dalam konteks internasional pada tahun 2015. Ciri khas yang menandakan era Industri 4.0 adalah sudah mulai diterapkannya konsep automatisasi yang dilakukan oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia dalam pengaplikasiannya. Lebih dari itu, saat ini pengambilan ataupun pertukaran data juga dapat dilakukan secara real time melalui jaringan internet. Ini memungkinkan proses produksi dan operasional industri dapat termotorisasi oleh pihak terkait kapan saja dan dimana saja selama terhubung dengan internet.

Teknologi Pendukung Industri 4.0

Salah satu alasan mengapa Industri 4.0 dianggap revolusioner dan merupakan pengembangan dari Industri 3.0 sebelumnya adalah banyaknya inovasi di bidang teknologi yang ditemukan. Beberapa diantaranya adalah:

  1. Internet of Things (IoT)
    Internet of Things (IoT) adalah teknologi yang memungkinkan kita menyambungkan proses komunikasi antara mesin, perangkat, sensor, dan manusia melalui jaringan internet. Sebagai contoh, apabila sebelumnya kita hanya dapat mentransfer uang melalui ATM atau teller bank, saat ini kita dapat melakukan transfer uang dimana saja dan kapan saja selama kita terhubung dengan jaringan internet melalui aplikasi yang ada di dalam gadget.
     
  2. Big Data
    Big data adalah seluruh informasi yang tersimpan di cloud computingBig data analytics dan cloud computing memungkinkan pencegahan atau peningkatan produktivitas dan kualitas suatu produk berdasarkan data yang terekam. Data yang diproses tersebut juga dapat membantu mempertimbangkan adanya masalah yang terlihat dan tidak terlihat di pabrik, seperti kerusakan mesin dan komponen.
     
  3. 3D Printing
    3D Printing merupakan proses pembuatan objek tiga dimensi dari sebuah model CAD (computer-aided design). 3D Printing memungkinkan benda dicetak sama persis dengan soft file-nya, tidak hanya sebatas gambar di atas kertas. Hasil dari 3D Printing dapat dimanfaatkan untuk mencetak prototipe (model) sebelum kemudian diproduksi secara masal.
     
  4. Artificial Intelligence
    Artificial Intelligence (AI) merupakan sistem komputer yang dapat meniru cara berpikir manusia dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Penerapan AI di industri manufaktur memungkinkan proses produksi dan operasional berjalan lebih efektif dan efisien daripada dikerjakan menggunakan tenaga manusia. AI dapat diterapkan pada beberapa pekerjaan di industri manufaktur seperti pemeriksaan kualitas barang, manajemen pabrik, supply chain, dan pengurangan dampak limbah.
     
  5. Self-Driving Car
    Self-driving car adalah konsep transportasi di mana mobil sepenuhnya dikendalikan oleh komputer. Penerapan self-driving car di manufaktur dapat diterapkan pada forklift yang digunakan untuk memindahkan dan menyimpan barang pada gudang dan area pabrik lainnya.

Prioritas Penerapan Industri 4.0 di Indonesia

Pemerintah Indonesia saat ini mulai menggarap konsep Revolusi Industri 4.0 secara serius. Melalui Kementerian Perindustrian, pemerintah telah membuat sebuah roadmap berjudul Making Indonesia 4.0. Roadmap ini bertujuan sebagai peta jalan Indonesia dalam menerapkan Industri 4.0 untuk mendukung peningkatan ekonomi, ekspor, konsumsi domestik, serta penyerapan tenaga kerja. Untuk mendukung hal ini, Indonesia akan berfokus pada lima sektor untuk penerapan awal, yaitu:

  1. Makanan dan Minuman
    Pada tahun 2016, sektor makanan dan minuman berkontribusi pada 29 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) manufaktur, 24 persen dari ekspor manufaktur, dan menyerap 33 persen tenaga kerja sektor manufaktur. Potensi sektor ini sangat besar karena didukung oleh pasokan sumber daya pertanian yang memadai dan permintaan domestik yang relatif stabil.
     
  2. Tekstil dan Pakaian
    Pada tahun 2016, sektor tekstil dan pakaian berkontribusi pada 7 persen dari PDB manufaktur, 15 persen dari ekspor manufaktur, dan menyerap 20 persen tenaga kerja sektor manufaktur. Secara historis, sektor ini merupakan kontributor ekspor manufaktur terbesar kedua di Indonesia.
     
  3. Otomotif
    Indonesia saat ini sudah menjadi eksportir otomotif terbesar kedua di wilayah ASEAN. Didukung kekuatan pasar domestik dan investasi dari berbagai perusahaan otomatif terkemuka di dunia, Indonesia menargetkan untuk tumbuh menjadi produsen mobil terbesar di wilayah ini.
     
  4. Kimia
    Industri kimia merupakan dasar dari semua industri manufaktur. Hal ini dikarenakan produknya yang banyak digunakan untuk sektor manufaktur lainnya seperti elektronika, farmasi, dan otomotif. Ke depannya Indonesia ingin memperluas kapasitas dan membangun kemampuannya untuk menjadi eksportir dan produsen bahan kimia spesialis. Hal ini didukung dengan ketersediaan sumber daya alam yang melimpah untuk dapat menghasilkan produk bahan kimia yang berkualitas.
     
  5. Elektronik
    Industri elektronik Indonesia masih berkembang dan bergantung pada impor komponen dan produksi lokal dari pemain-pemain global. Produksi lokal masih terkonsentrasi pada perakitan sederhana dan belum banyak terlibat dalam proses yang bernilai tambah.

INDI 4.0 sebagai Indeks Kesiapan Penerapan Industri 4.0

Dalam rangka mendorong transformasi industri ke arah Industri 4.0, Kementrian Perindustrian telah merumuskan sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan industri di Indonesia yang bernama Indonesia Industry 4.0 Readiness Index atau yang disingkat dengan INDI 4.0.

INDI 4.0 merupakan sebuah indeks acuan yang digunakan oleh industri dan pemerintah untuk mengukur tingkat kesiapan industri menuju Industri 4.0. Hasil dari pengukuran dengan indeks ini akan dijadikan acuan dalam mengidentifikasi tantangan, menentukan strategi dan sebagai dasar dalam menentukan kebijakan pemerintah untuk mendorong industri bertransformasi menuju Industri 4.0. Selain itu, dengan INDI 4.0 diharapkan adanya standar baku yang berlaku nasional yang dijadikan ukuran untuk menilai kesiapan industri dalam negeri.

Dari hasil asesmen awal yang telah dilakukan pada 25 industri besar di Indonesia di tahun 2018 diperoleh hasil bahwa nilai indeks rata-rata berada pada level 2 dimana hal ini menandakan bahwa tingkat kesiapan industri di Indonesia untuk bertransformasi ke Industri 4.0 berada pada tahap “kesiapan sedang”. Di waktu akan yang akan datang akan dilakukan asesmen ke semua industri untuk mengetahui gambaran yang lebih komprehensif terhadap kesiapan industri di seluruh Indonesia.

Altha Consulting sebagai manajemen konsultan berpengalaman menyediakan layanan IT advisory yang dapat membantu Anda menilai dan mempersiapkan diri untuk melakukan transformasi menuju Industri 4.0. Layanan yang kami berikan mencakup asesmen, penyusunan rekomendasi, hingga pendampingan kepada industri untuk mendapatkan skor yang dituju.

#INDI 4.0 #IT Advisory, Business & Risk Advisory
General| 26 May 2022 (updated at 26 May 2022)

Altha Consulting

Tokopedia Tower, Ciputra World 2 Jakarta 12th Floor, Suite 12.33 - 12.37 Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 3 Jakarta 12930

+62 21 252 4697

+62 811 1921 818